
Studi Harvard: Orang Indonesia Paling Tentram Hidupnya news.republika.co.id
Berbagai survei soal kebahagiaan hidup kerap menempatkan negara-negara Skandinavia dan negara maju pada urutan teratas. Namun, penelitian terbaru yang diklaim lebih menyeluruh justru mendudukkan Indonesia pada posisi teratas terkait ketenteraman hidup.
Kesimpulan itu dicapai survei Global Flourishing Study (GFS) yang dilansir dan lolos peninjauan rekanan pada 30 April lalu. Ini adalah studi penelitian longitudinal yang dilakukan melalui kolaborasi antara para peneliti di Human Flourishing Program Universitas Harvard dan Institut Studi Agama Baylor, bekerja sama dengan Gallup dan Center for Open Science.
Dari gabungan indikator dalam studi itu, Indonesia memuncaki indeks perkembangan (flourishing index) tanpa menghitung indikator finansial. Indonesia mencatat skor 8,47 poin; mengungguli Meksiko (8,29 poin); dan Filipina (8,11 poin).
Bahkan jika indikator finansial dimasukkan, Indonesia tetap jadi yang tertinggi memeroleh indeks perkembangan dengan 8,10 poin disusul Israel, Filipina, dan Meksiko. Meksiko dan Filipina disebut masuk di papan atas karena masyarakatnya melaporkan adanya ikatan kekeluargaan yang kuat, kehidupan spiritual dan dukungan masyarakat.
“Indonesia sedang berkembang pesat (flourishing). Orang-orang di sana mendapat nilai tinggi dalam banyak bidang, termasuk makna, tujuan, hubungan, dan karakter. Indonesia merupakan salah satu negara dengan skor tertinggi pada sebagian besar indikator dalam keseluruhan studi,” kesimpulan studi itu menurut para penelitinya dilansir Science Alert pekan lalu.
Jepang dan Turki melaporkan skor yang lebih rendah. Jepang memiliki perekonomian yang kuat, namun masyarakat di sana melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih rendah dan hubungan sosial yang lebih lemah. Jam kerja yang panjang dan stres mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Di Turki, tantangan politik dan keuangan mungkin merusak rasa percaya dan keamanan masyarakat.
Salah satu dampak yang mengejutkan adalah negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat dan Swedia, tidak berkembang sebaik negara-negara lain. Mereka memiliki kinerja yang baik dalam hal stabilitas finansial, namun skornya lebih rendah dalam hal makna dan hubungan. Memiliki lebih banyak uang tidak selalu berarti kehidupan seseorang menjadi lebih baik.
Faktanya, negara-negara dengan pendapatan lebih tinggi seringkali melaporkan tingkat makna dan tujuan yang lebih rendah. Sementara itu, negara-negara dengan tingkat kesuburan yang lebih tinggi seringkali melaporkan kehidupan yang lebih bermakna. Temuan ini menunjukkan bahwa mungkin ada trade-off. Kemajuan ekonomi mungkin memperbaiki beberapa hal namun melemahkan hal-hal lain.
“Flourishing” dalam bahasa Indonesia bisa berarti berkembang pesat, makmur, atau mencapai keadaan yang optimal. Ini mengacu pada keadaan di mana seseorang atau sesuatu mencapai pertumbuhan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Kata itu juga mencakup fungsi psikologis, sosial, dan emosional yang positif, serta kemampuan mengatur diri sendiri.
Report Story
Leave Your Comment